5.7 Al-Khârijiyyah (Departemen Luar Negeri)
Departemen Luar Negeri adalah departemen yang mengurusi seluruh urusan luar negeri terkait hubungan negara khilafah dengan negara-negara asing, apa pun jenis perkara dan bentuk hubungannya; baik perkara yang berkaitan dengan aspek politik dan turunannya, ataupun perkara yang berkaitan dengan aspek ekonomi. Semua perkara tersebut diurusi oleh Departemen Luar Negeri, karena semua itu merupakan kepentingan hubungan negara khilafah dengan negara-negara lain. [1]
Dalil terkait struktur ini adalah af'al (perbuatan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau —sebagai kepala negara— melakukan berbagai hubungan luar negeri dengan sejumlah negara dan institusi yang lain.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu untuk berunding dengan kaum Quraisy, sebagaimana beliau juga berunding langsung dengan delegasi kaum Quraisy.
Beliau pun mengirim sejumlah utusan kepada para raja, salah satunya mengutus Dihyah bin Khalifah al-Kalbi radhiyallahu 'anhu sebagai utusan kepada Heraklius, Raja Romawi,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَتَبَ إِلَى قَيْصَرَ يَدْعُوهُ إِلَى الْإِسْلَامِ وَبَعَثَ بِكِتَابِهِ إِلَيْهِ مَعَ دِحْيَةَ الْكَلْبِيِّ وَأَمَرَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنْ يَدْفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ بُصْرَى لِيَدْفَعَهُ إِلَى قَيْصَرَ
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menulis surat kepada kaisar (Heraklius, peny.) untuk mengajaknya masuk Islam. Beliau pun mengutus Dihyah al-Kalbi untuk menyampaikan suratnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memintanya supaya menyerahkan surat tersebut kepada penguasa Kota Bushra, agar ia menyampaikannya kepada kaisar. (HR al-Bukhari) [2]
Beliau juga pernah menerima utusan dari para raja dan pemimpin negara. Beliau pernah menjalin berbagai kesepakatan dan perjanjian damai.
Hal yang sama dilakukan juga oleh para khalifah setelah beliau. Mereka menjalin hubungan politik dengan sejumlah negara dan institusi yang lain. Khalifah bisa melakukan sendiri semua aktivitas tersebut atau mengangkat wakil untuk melakukannya. Hal ini menunjukkan perlunya ada satu jabatan sebagai wakil khalifah yang dapat menjamin tertanganinya semua urusan tersebut. [1][3]
Referensi:
[1] HT, Ajhizah Daulah al-Khilâfah, Beirut: Dar al-Ummah, 2005, cet. ke-1, hlm. 104.
[2] Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il, Shahîh al-Bukhari, Beirut: Dar Thuq an-Najah, 1422 H, cet. ke-1, juz 4/hlm. 45, no. hadits 2940. (Maktabah Syamilah: https://shamela.ws/book/1681/4663#p1)
[3] An-Nabhani, Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Isma’il bin Yusuf, Muqaddimah ad-Dustûr au al-Asbâb al-Mûjibah Lahu, Beirut: Dar al-Ummah, 2009, cet. ke-2 (ed. mu’tamadah), juz 1/hlm. 114.