3.2 Menerapkan Syari'ah


Secara faktual, subyek (pelaku) pelaksana syari'ah Islam yang diseru dalam nash meliputi individu maupun negara. Demikian banyak aspek pengaturan mu'amalah (interaksi sesama umat manusia) maupun 'uqubat (persanksian) yang membutuhkan pelaksanaan syari'ah oleh negara. Syari'ah telah memberikan tuntunan dalam hal pengaturan ekonomi mikro maupun makro, politik, sosial-pergaulan, hukum, serta setiap sendi kehidupan lainnya.

Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan orang-orang beriman untuk memperhatikan penerapan syari'ah dan senantiasa merujuk padanya secara keseluruhan dalam segenap bidang kehidupan,

﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ﴿

"Hai, orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS al-Baqarah [2]: 208)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di (w. 1376 H) rahimahullah menerangkan berkaitan ayat ini,

هذا أمر من الله تعالى للمؤمنين أن يدخلوا {فِي السِّلْمِ كَافَّةً} أي: في جميع شرائع الدين، ولا يتركوا منها شيئا، وأن لا يكونوا ممن اتخذ إلهه هواه، إن وافق الأمر المشروع هواه فعله، وإن خالفه، تركه، بل الواجب أن يكون الهوى، تبعا للدين، وأن يفعل كل ما يقدر عليه، من أفعال الخير، وما يعجز عنه، يلتزمه وينويه، فيدركه بنيته

"Ini merupakan perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk masuk 'ke dalam Islam keseluruhan.' Maksudnya, dalam seluruh syariat-syariat agama, mereka tidak meninggalkan sesuatu pun darinya, dan agar mereka tidak seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apabila hawa nafsunya itu sejalan dengan perkara yang disyariatkan, maka dia kerjakan, namun bila bertentangan dengannya, maka dia tinggalkan. Yang wajib adalah menundukkan hawa nafsunya kepada agama, dan ia melakukan segala perbuatan baik dengan segala kemampuannya, dan apa yang tidak mampu dia lakukan, maka dia berusaha dan berniat melakukannya dan menjangkaunya dengan niatnya tersebut." [1]

Lebih khusus lagi, Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam —dan siapa saja yang menggantikan kepemimpinan beliau untuk mengurus umat ini— agar memutuskan perkara dengan hukum yang Allah turunkan,

﴾فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ﴿

"… maka putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. …" (QS al-Ma’idah [5]: 48)

Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) rahimahullah menerangkan berkaitan ayat ini dalam kitab tafsir beliau,

وقوله تعالى: ﴿فاحكم بينهم بما أنزل الله﴾ أي فاحكم يا محمد بين الناس، عربهم وعجمهم، أميهم وكتابيهم، بما أنزل الله إليك في هذا الكتاب العظيم، وبما قرره لك من حكم من كان قبلك من الأنبياء ولم ينسخه في شرعك، هكذا وجهه ابن جرير بمعناه

"Firman Allah ta’ala: ‘maka putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang Allah turunkan,’ yaitu ‘Putuskanlah, wahai Muhammad, perkara di antara manusia, baik dari bangsa Arab maupun non-Arab, yang tidak bisa baca tulis maupun yang ahli baca tulis, dengan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu dalam kitab yang agung ini, dan berdasarkan beberapa hukum yang telah ditetapkan Allah untukmu berupa hukum yang telah digunakan oleh para nabi sebelummu yang belum dinasakh dalam syariatmu.’ Demikian juga Ibnu Jarir (ath-Thabari) memaknainya demikian." [2]

Oleh sebab itu, negara khilafah memiliki tugas pokok untuk menjamin terlaksananya keseluruhan syari'ah Islam oleh individu maupun negara dalam taraf yang paling optimal. Hal tersebut tidak akan dapat dicapai apabila negara khilafah tidak memperhatikan dan tidak melaksanakan tugas pokok tersebut.


Referensi:

[1] As-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah, Taysir al-Karim ar-Rahman, Riyadh: Mu’assasah ar-Risalah, 2000, cet. ke-1, hlm. 94. (Maktabah Syamilah: https://shamela.ws/book/42/138#p2)

[2] Ibn Katsir, Imaduddin Abu al-Fida’ Isma’il bin Umar, Tafsir al-Qur’an al-’Adhzim, Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah, 1998, cet. ke-1, juz 3/hlm. 116. (Maktabah Syamilah: https://shamela.ws/book/23604/1117#p5)

results matching ""

    No results matching ""