2.1.3 Dalil Ijma' Sahabat


1. Imam al-Baihaqî (w. 458 H) rahimahullah menerangkan,

وَاسْتَدَلَّ غَيْرُهُ مِنْ أَصْحابِنا فِي وُجوبِ نَصْبِ الإِمامِ شَرْعًا بِإِجْماعِ الصَّحابَةِ بَعْدَ وَفاةِ الرَّسولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَصْبِ الإِمامِ

"Para shahabat kami yang lain ber-istidlâl (berdalil) mengenai wajibnya mengangkat imam (khalifah) menurut syara’ berdasarkan Ijma’ Sahabat setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengangkat seorang imam (khalifah)." [1]

2. Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H) rahimahullah menerangkan,

اعْلَم أَيْضا أَن الصَّحَابَة رضوَان الله تَعَالَى عَلَيْهِم أَجْمَعِينَ أَجمعُوا على أَن نصب الإِمَام بعد انْقِرَاض زمن النُّبُوَّة وَاجِب بل جَعَلُوهُ أهم الْوَاجِبَات حَيْثُ اشتغلوا بِهِ عَن دفن رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم

"Ketahuilah juga bahwa para sahabat ridhwanullahi ta’ala ‘alaihim ajma’in telah bersepakat bahwa mengangkat seorang imam (khalifah) setelah zaman kenabian berakhir adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan upaya mengangkat imam/khalifah sebagai (salah satu) kewajiban paling penting. Faktanya, mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban ini dengan menunda (sementara) kewajiban menguburkan jenazah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam." [2]


Referensi:

[1] Al-Baihaqi, Syu’abul Imân, 6/6.

[2] Al-Haitami, Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar, Al-Shawâ’iq al-Muhriqah ‘ala Ahl al-Rafdh wa al-Dhalâl wa al-Zindiqah, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, cet. ke-1, juz 1/hlm. 25. (Maktabah Syamilah: https://shamela.ws/book/6544/22#p2)

results matching ""

    No results matching ""