5.13 Majlis al-Ummah (Majelis Umat)


Majelis Umat adalah majelis yang terdiri dari para individu yang mewakili kaum muslimin dalam memberikan pendapat sebagai tempat merujuk (majelis syuro) bagi khalifah dengan meminta masukan mereka dalam berbagai urusan. Majelis ini juga mewakili umat dalam melakukan muhasabah (koreksi) terhadap khalifah dan seluruh pegawai negara. [1a]

Keberadaan Majelis Umat ini diambil dari aktivitas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta'ala dalam al-Qur'an surat Ali Imran (3) ayat 159 dan surat Asy-Syura (42) ayat 38.

Beliau sering meminta pendapat sejumlah orang di antara kaum Muhajirin dan Anshar yang mewakili kaum masing-masing. Di antaranya, beliau meminta pendapat mereka mengenai penempatan pasukan dalam Perang Badar. Beliau juga meminta pendapat mereka dalam Perang Uhud, yakni dalam masalah akan berperang di luar kota atau di dalam kota. Beliau mengambil pendapat Hubab bin al-Mundzir radhiyallahu 'anhu pada Perang Badar itu karena pendapat tersebut merupakan pendapat yang terkait dengan masalah teknis yang harus keluar dari ahlinya. Namun, dalam Perang Uhud yang tidak terkait teknis keahlian, beliau mengambil pendapat mayoritas. [1b]

Adapun pada masa khulafa' ar-rasyidin, di antaranya apa yang yang telah dinyatakan oleh Ibnu Sa'ad, diriwayatkan dari al-Qasim:

أن أبا بكر الصديق كان إذا نزل به أمر يريد فيه مشاورة أهل الرأى وأهل الفقه دعا رجالا من المهاجرين والأنصار ودعا عمر وعثمان وعليا وعبد الرحمن بن عوف ومعاذ بن جبل وأبى بن كعب وزيد بن ثابت وكل هؤلاء كان يفتى فى خلافة أبى بكر وإنما تصير فتوى الناس إلى هؤلاء فمضى أبو بكر على ذلك ثم ولى عمر فكان يدعو هؤلاء النفر وكانت الفتوى تصير وهو خليفة إلى عثمان وأبى وزيد

"Bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq apabila menghadapi suatu masalah yang ingin beliau musyawarahkan dengan para pemikir dan ahli fiqh, beliau memanggil beberapa orang dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta memanggil Umar, Utsman, Ali, Abdurrahman bin Auf, Mu'adz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, dan Zaid bin Tsabit. Semua orang ini memberikan fatwa pada masa kepemimpinan Abu Bakr. Oleh karena itu, fatwa-fatwa orang banyak saat itu diserahkan kepada mereka. Abu Bakar pun melanjutkan hal ini, kemudian setelah beliau wafat, Umar menggantikannya sebagai khalifah. Umar juga memanggil orang-orang tersebut, dan fatwa-fatwa pada masa kepemimpinan Umar diserahkan kepada Utsman, Ubay, dan Zaid." [2]

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perintah Allah subhanahu wa ta'ala agar khalifah mengadakan musyawarah dengan perwakilan umat ini dapat dilaksanakan secara lebih optimal melalui keberadaan struktur Majelis Umat. Umat pun dapat melakukan muhasabah (koreksi) secara lebih optimal dengan keberadaan struktur ini.


Referensi:

[1a] HT, Ajhizah Daulah al-Khilâfah, Beirut: Dar al-Ummah, 2005, cet. ke-1, hlm. 147.

[1b] Idem., hlm. 148.

[2] Ibn Sa'ad, At-Tabaqât al-Kubrâ, disunting oleh Ihsan Abbas, Beirut: Dar al-Sadir, 1968, cet. ke-1, juz 2/hlm. 350. (Maktabah Syamilah: https://shamela.ws/book/9351/847#p5)

results matching ""

    No results matching ""